Haiiii dearest Readers!!
Setelah dua minggu kita nggak update, sekarang ModerNation hadir dengan ulasan baru yang tentunya sangaaaat menarik. Pasti kalian penasaran, atau ada yang sudah menebak-nebak kali ini ModerNation bakal membahas apa sih setelah Saung Mang Udjo dan Punklung kemarin??
Kami yakin semua sudah tahu dong warisan nenek moyang kita yang sangat mendunia, dan bahkan sempat heboh diperebutkan... Yup betul sekali, kali ini kita akan berbagi informasi tentang Batik
Sedikit cerita tentang batik, batik berasal dari bahasa Jawa “amba”
yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan
corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” yang diaplikasikan ke atas kain
untuk menahan masuknya bahan pewarna.
Batik secara historis berasal dari zaman
nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII (sudah lama sekali yaaaa readersssss...) yang ditulis dan dilukis pada
daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan
bentuk binatang dan tanaman. Dalam sejarah perkembangannya batik
mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan
tanaman lambat laun beralih pada motik abstrak yang menyerupai awan,
relief candi, wayang beber dan sebagainya. Bahan kain putih yang
dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri
dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari
pohon mengkudu, tinggi, soga, nila dan bahan sodanya dibuat dari soda
abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Kerajinan Batik ini, di
Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus
berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian
batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa. Awalnya batik yang hasilkan hanyalah batik tulis, namun seiring perkembangannya muncullah kreasi batik yang dikenal dengan batik cap.
Nah, yang menarik nih... adalah tentang batik yang pada jamannya berkembang pesat dibandingkan batik yang lain yaitu Batik Pekalongan.
Batik ini mengalami perkembangan yang signifikan karena lahirnya Perang Diponegoro dan mendesak keluarga keraton serta pengikutnya meninggalkan kerajaan. Dari situlah mulai tersebar batik di daerah Timur dan Barat.
Perjumpaan warga Pekalongan dengan bangsa lain telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik. Adapun motifnya antara lain:
Batik Jlamprang yang diilhami oleh Bangsa India dan Arab |
Batik Encim dari Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina |
Batik Hokokai yang pesat saat jaman pendudukan Jepang |
Batik Pagi Sore yang terinspirasi dari Belanda |
Perkembangan batik memang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Menarik banget yah! Ini memperlihatkan bahwa sejak dahulu sudah terjadi akulturasi, antara budaya Indonesia dan budaya luar, serta memperlihatkan kelenturan batik dari masa ke masa. Pasang surut batik Pekalongan cocok menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang nggak pernah menyerah dan selalu dinamis. Saking terkenalnya, Pekalongan disebut sebagai Kota Batik. Jadi penasaran pengen jalan-jalan dan ngerasain belanja batik di sana :-D
Dari sejarah singkat di atas saja sudah terbuktikan bahwa budaya kita yang sudah beribu tahun lalu bisa mengikuti perkembangan jaman! Untuk cerita lebih serunya lagi, baca postingan kita selanjutnya yah... Masih seputar Akulturasi Batik di jaman modern oleh dua orang teman kita yang peduli terhadap pelestarian warisan luhur Indonesia..
Keep Reading, Readers!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar